Mata Pelajaran Penjas di SMA Dwiwarna (Boarding School)

Pendidikan jasmani merupakan salah satu proses melalui gerakan aktivitas fisik untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan jasmani dan sosial serta watak peserta didik. Pendidikan jasmani tidak hanya melatih dan mendidik fisik saja tetapi juga mengembangkan kemampuan intelektual untuk bersosialisasi dengan lingkungan. Pembinaan dan pengembangan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah merupakan bagian dari peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

Pengertian pendidikan jasmani menurut Lutan (2001, hlm 1) merupakan “proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, untuk mencapai tujuan pendidikan”. Pengertian ini sama halnya yang diterangkan oleh Mahendra (2008, hlm. 15) bahwa “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”.

Pelaksanaan program pembelajaran Pendidikan Jasmani di tingkat sekolah menengah pada umumnya dilaksanakan melalui pembelajaran yang reflektif. Lutan (2001, hlm. 4) mengemukakan bahwa “ maksud pembelajaran yang reflektif adalah kegiatan pembelajaran yang pada hakikatnya menolak pendekatan secara linear, rutin, dan monoton”. Hal ini mengisyaratkan bahwa kegiatan belajar yang berisi aktivitas fisik didominasi oleh kegiatan suatu permainan olahraga serta dilaksanakan oleh siswa dari jenjang pendidikan SD, SMP, SMA pada umumnya masih identik dengan aktivitas fisik yang tidak ada perubahan sejak dahulu yaitu masih menggunakan gerak spesifik suatu cabang olahraga atau lebih tepatnya seperti pelatihan atlet suatu cabang olahraga.

Seperti contoh aktivitas fisik pembelajaran permianan bola  kecil softball dari SD hingga SMA lebih banyak mempelajari teknik dasar tanpa menggunakan pendekatan bermain terlebih dahulu seperti di negara jepang. Hal ini dikarenakan sasaran utama belajar penjas untuk siswa SMA adalah menganalisa keterampilan gerak dasar sebagai pengembangan pembelajaran keterampilan secara kreatif dan berfikir kritis sesuai dengan karakterisitik pertumbuhan dan perkembangan siswa SMA dan harus berhubungan dengan mata pelajaran lain seperti biologi, kimia dan fisika. Oleh karena itu pembelajaran PENJAS di SMA Dwiwarna secara bertahap menggunakan metode yang paling cocok yaitu dengan metode bermain. 

Bunker dan Thorpe (1982) seorang peneliti Physical Education di amerika serikat membuat proposal penelitian Teaching Game For Understanding (TGFU) sebagai sebuah pendekatan alternatif di amerika serikat. Semenjak itu, TGFU telah menarik seluruh perhatian para guru-guru olahraga diseluruh tingkat pendidikan. Seperti yang Metzler (2010) katakan, “TGFU adalah sebuah model instruksi yang berfokus pada pengembangan kemampuan pelajar-pelajarnya untuk memainkan permainan. Inti dari pendekatan ini adalah penggunaan taktik-taktik kewaspadaan untuk meningkatkan penampilan di dalam kegiatan-kegiatan jasmani.

Permainan-permainan yang telah dimodifikasi dipandang sebagai alat untuk meraih tujuan tersebut. Studi-studi terbaru lebih condong untuk membandingkan atau berkosentrasi pada hasil hasil pengetahuan, psikologis dan afektif dari pendekatan ini (Allison & Thorpe, 1997, Turner & Martinek, 1992, 1999). Sebuah riset menunjukkan bahwa taktik lebih bermanfaat dibandingkan dengan pendekatan dan hasil hasilnya yang mendukung perkembangan pada teori pengajaran baru di dalam pengajaran permainan-permainan (Booth, 1983, Burriows, 1986 and Werner & Almond, 1990).

Berdasarkan hasil riset tersebut dapatlah diyakini bahwa pembelajaran olahraga permainan seperti sepakbola, bolavoli, bolabasket, bulutangkis, tenismeja  dan olahraga non permainan di sekolah dapat digunakan pendekatan TGFU. Inti dari pendekatan ini adalah penggunaan taktik-taktik kewaspadaan untuk meningkatkan penampilan di dalam kegiatan-kegiatan jasmani. Melalui permainan akan memperbaiki pengetahuan, keterampilan dan afektif secara serempak, sehingga pembelajaran akan berjalan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu saudara dapat mendisain suatu bentuk permainan untuk pembelajaran di sekolah. 

Kompleksitas pembelajaran pendidikan jasmani bukan hanya terletak pada ketiga domain (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang harus di tekankan pada setiap diri siswa melainkan pada bagaimana proses pembelajaran itu dapat dilaksanakan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran penjas merupakan faktor awal yang menentukan keberhasilan program pengajaran penjas, ini hanya dapat dilaksanakan apabila guru penjas mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi seluruh siswa. Penyelenggaraan kegiatan pambelajaran dapat disajikan guru penjas melalui pilihan permainan yang beraneka ragam.

Diperlukan kesesuaian antara metode, gaya atau pendekatan mengajar, materi, cara mengevaluasi, dan tujuan yang harus dicapai dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan siswa. Aktivitas yang diperlukan untuk perkembangan gerak siswa diantaranya adalah harus sudah diperkenalkan pada keterampilan berolahraga. Bermain dalam situasi berlomba dengan peraturan yang sederhana, aktivitas yang menggunakan alat dan berlatih dalam situasi drill (aktivitas berulang-ulang). 

Menurut Lutan (2001, hlm. 17), mengemukakan tentang tujuan pendidikan jasmani, bahwa :

Setiap pengajaran berawal dari perumusan tujuan. Tujuan berfunsi untuk mengarahkan, dan memusatkan pelaksanaan proses pembelajaran. Baik guru maupun siswa, harus mengetahui tujuan pengajaran pendidikan jasmani sehingga dapat dijamin terlaksananya pengajaran yang efektif.

Tujuan dari pendidikan jasmani di lembaga-lembaga pendidikan diantaranya adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa secara menyeluruh melalui aktivitas fisik yang dipraktekkan dengan berbagai permainan atau aktivitas fisik di suatu lingkungan lembaga pendidikan tanpa harus terfokus pada suatu kecabangan olahraga karena disekolah adalah olahraga pendidikan bukan olahraga prestasi. Oleh karena itu dikalangan masyarakat timbul persoalan mendasar yaitu bagaimana cara meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai berbagai kemampuan gerak yang optimal serta dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari, alokasi waktu yang tersedia dan sarana pada suatu satuan pendidikan dapat di efektifkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara maksimal serta menyeluruh fisik dan psikologinya demi tercapainya wellbeing student pada seluruh siswa.

Pembelajaran gerak dengan metode TGFU yaitu aktivitas fisik yang telah dimodifkasi untuk memperlancar suatu pembelajaran dan siswa tidak merasa jenuh dengan pembelajaran tersebut pada usia anak kelas tinggi. Dengan melalui pendekatan TGFU itulah siswa akan belajar mengembangkan pembelajaran gerak dengan tanpa disadari.

Edwin Muhamad Iqbal

NRG 212201184120

mata pelajaran penjas
mata pelajaran penjas
mata pelajaran penjas
mata pelajaran penjas
mata pelajaran penjas
mata pelajaran penjas
mata pelajaran penjas
Bagikan Post Ini
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp