Bali tidak hanya diselimuti oleh tempat wisata dan pemandangan alam yang memukau, tetapi beberapa tari tradisional khas Bali juga sangat terkenal, seperti halnya Tari Legong Bali.
Kebudayaan tanah air yang sangat khas ini terus dilestarikan agar tidak luntur dan hilang. Contohnya saja, juga banyak dimasukkan ke dalam program ekstrakurikuler SMA maupun boarding school terbaik yang ada di tanah air.
Sejarah Tari Legong Bali
Makna dari kata legong berasal dari kata “leg” artinya gerakan tari yang lentur dan luwes, kemudian kata“gong” yang bermakna sebagai gamelan. Secara istilah, tari legong ini dimaknai sebagai gerak tari yang terikat gamelan yang menjadi pengiringnya.
Mulanya kehadiran tari legong ini adalah dari mimpi I Dewa Agung Made Karna (pangeran asal Sukawati), bahwa ia melihat bidadari menari-nari di surga dengan hiasan kepala dari emas.
Sentak tersadar dari mimpinya, ia langsung meminta beberapa orang untuk membuat topeng mirip seperti mimpinya. Beliau juga meminta agar membuat tarian seperti mimpinya.
Hingga akhirnya, 9 buah topeng sakral selesai dibuat dan tarian ini pun dipentaskan oleh 2 orang penari perempuan di Pura Jogan Agung atas permintaan I Dewa Agung Made Karna.
Nah, kedua penari ini disebut sebagai seorang legong. Saat menarik, penari menggunakan kipas sebagai alat bantunya serta adanya hiasan kepala yang menjadi ciri khas dari penari legong.
Tak lama dari itu, grup pertunjukan tari Nandri dibawah I Gusti Ngurah Jelantik mementaskan tariannya.
Pada acara tersebut, Raja I Dewa Agung Manggis (Raja Gianyar) menghadirinya dan tertarik dengan tarian yang mirip seperti tari Sang Hyang Legong. Nah, dari sinilah lahir Tari Legong Klasik tersebut.
Perkembangan Tari Legong Bali
Perkembangan tari Legong Bali sendiri sudah mulai berekspansi ke beberapa desa-desa yang disampaikan lewat guru tari. Guru-guru inilah yang kemudian mengajarkan kepada masyarakat.
Kini, tari legong sudah menjadi bagian dari acara keagamaan dan ritual kepercayaan dari animisme. Ia juga sudah menjadi kebudayaan yang tak dapat dipisahkan, terutama dari budaya Hindu Dharma dan Hindu Istana.
Salah satu alasannya, budaya ini memiliki andil dalam perkembangan dan lahirnya tari legong hingga saat ini.
Jenis Tari Legong
Hingga saat ini, ada sekitar 18 tari legong yang dikembangka, terutama di daerah selatan Bali (Gianyar, Badung, Denpasar, Tabanan). Beberapa diantaranya:
- Kuntul (kisah burung bangau)
- Kuntir dan Jobog (kisah Subali Sugriwa)
- Chandrakanta (kisah bulan dan bintang)
- Sudarsana (semacam calonarang)
- Lasem (kisah cinta tak Prabu Lasem)
Makna Tarian Tradisional Legong Bali
Setiap gerakan dalam tarian memiliki makna tersendiri, begitu pula dengan tarian tradisional Legong Bali yang juga berkaitan dengan unsur keagamaan dan budaya di Bali.
Dalam beberapa momentum keagamaan, tarian ini sering dibawakan sebagai bentuk rasa syukur pada nenek moyang untuk semua yang telah didapatkannya selama ini. Rasa syukur ini bisa jadi berupa kesehatan, rezeki, dan kenikmatan lainnya.
Seiring perkembangan zaman, makna dari tarian ini pun semakin luas. Termasuk salah satunya menjadi tarian untuk menyambut wisatawan yang berlibur ke Bali.
Menariknya lagi, kini sudah banyak loh sekolah yang punya program ekskul seni musik dan tari tradisional, seperti yang ada di boarding school terbaik ini, SMA Dwiwarna.
Program Ekstrakurikuler SMA Dwiwarna ini tentu sangat membawa dampak positif, karena secara tidak langsung siswa terlibat untuk melestarikan budaya khas tanah air.